Obyektif dalam mensikapi suatu event (informasi)*


Selamat pagi…

Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula

Dalam bukunya, Investor Psychology Explained, Martin Pring mengemukakan bahwa berpikir obyektif adalah salah satu syarat yang menentukan keberhasilan dari seorang trader.  Begitu pentingnya obyektifitas ini, membuat Martin Pring bahkan mendedikasikan satu bab penuh dalam bukunya tentang betapa pentingnya kita berpikir obyektif.  Dengan berpikir obyektif, kita bisa mensikapi permasalahan dengan kepala yang dingin, hati yang tenang.  Berpikir obyektif akan membuat kita semakin mudah untuk memperoleh keuntungan.

Berpikir obyektif ini membuat kita bisa memberikan reaksi dengan benar terhadap suatu event atau informasi.  Sebagai contoh: aksi pemboman oleh teroris yang terjadi di tanah air.  Dulu pada awalnya, ketika aksi pemboman pertama kali terjadi di Gedung Bursa Efek Indonesia (dulu Gedung BEJ), IHSG baru kembali ke level sebelum pemboman, sekitar 3 – 4 bulan setelah aksi pembomban tersebut di lakukan.  Ketika bom Bali yang pertama (tahun 2002), IHSG butuh kurang dari sebulan untuk kembali ke posisi sebelum pemboman terjadi.  Reaksi dari IHSG untuk kembali ke level sebelum terjadinya kejadian (aksi teroris berupa peledakan bom), semakin hari semakin ringan.  Beberapa aksi bom yang terjadi belakangan, koreksi yang terjadi sering kali adalah koreksi yang sifatnya intraday (dalam satu hari perdagangan) dan IHSG hanya ditutup dalam posisi turun tipis, atau bahkan naik.  Melihat realita seperti ini, kita boleh bilang seperti ini: aksi teroris beruba peledakan bom, adalah suatu kejadian yang memiliki pengaruh negatif.  Tapi, respon pasar tidaklah selamanya negatif.  Karena sudah berulang kali terjadi, pasar bisa jadi malah menjadi immune terhadap kejadian-kejadian seperti itu.  Pasar kemudian bereaksi secara obyektif melihat kejadian yang terjadi.  Jika kejadian tersebut ternyata pengaruhnya kecil, maka pasar tidak akan merespon berlebihan.  Pasar tidak lagi panik.

Gempa yang terjadi di Jepang, memang sangat mengejutkan.  Kalau anda lihat kejadiannya di CNN atau BBC-News pada Jumat siang kemarin, kita bisa melihat bagaimana hebatnya tsunami yang terjadi.  Korban sudah pasti berjatuhan.  Kita semua larut dalam kesedihan.  Akan tetapi, apakah itu harus berarti IHSG bergerak turun?  ASII memang menjual produk Jepang.  Tapi, apakah ASII 100% import produknya secara jadi dari Jepang? Tidak juga.  Apa yang saya baca tadi pagi di sebuah media, untuk Kijang Innova yang terdiri dari ribuan atau bahkan puluhan ribu komponen, hanya 1 komponen yang masih diimpor langsung dari Jepang.  IHSG sendiri malah bergerak naik karena pelaku pasar berspekulasi bahwa bencana nuklir di Jepang akan meningkatkan permintaan akan batubara.  Tapi, benarkah Jepang memiliki cukup pembangkit listrik bertenaga batubara? Itu yang masih harus kita cari tahu (saya juga belum dapat datanya hingga sore hari ini).

Akan tetapi, apa yang terjadi hari ini adalah bukti dari pentingnya berpikir obyektif dalam melakukan trading.  Hati kita memang masih penuh dengan perasaan duka.  Akan tetapi, pergerakan IHSG (dan juga pergerakan harga) akan tetap mengikuti fakta-fakta yang rasional.  Reaksi pasar terhadap suatu event, bisa saja bervariasi, tergantung kondisi dan situasi.  Arah IHSG memang masih belum jelas.  Arah regional juga masih belum jelas karena indeks Dow Jones Industrial masih belum lepas dari konsolidasi.  Tapi semoga saja suport di 3520 – 3530 tetap bertahan agar potensi kenaikan IHSG ke 3700 – 3750 masih tetap terbuka.

Happy trading… semoga untung!!!

Satrio Utomo

Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula

*bacalah halaman disclaimer sebelum anda melakukan posisi beli atau posisi jual berdasarkan ulasan ini.  Terima kasih.

Comments
One Response to “Obyektif dalam mensikapi suatu event (informasi)*”
Trackbacks
Check out what others are saying...


Leave a comment

  • Top Posts

  • Visit Website of Our Visitors