Mau tahu alasan mengapa saya gak mau pake Moving Average? (Revised Edition)


Selamat pagi…

Moving average itu adalah alat analisis teknikal yang biasanya pertama kali dikenal oleh seorang teknikal analisis.  In fact.. nggak cuman untuk analisis teknikal sih… kalau anda tanya sama analis fundamental atau ekonom, atau anak kuliahan ekonomi manajemen yang barusan lulus, mereka biasanya minimal ngerti apa itu moving average.  Ini karena alat analisis ini, banyak juga ditemui pada beberapa textbook analisis fundamental.  Saya aja, pertama kali menemui alat analisis ini pada buku ‘Teori Portfolio dan Analisis Investasi karangan dosen saya, ketika saya menempuh mata kuliah TPAI, Prof Suad Husnan (meski saya hanya diajar oleh pak Mamduh Hanafi… asisten beliau ketika itu), di Kampus saya, Kampus Biru, lebih dari 15 tahun yang lalu.  Nggak heran, kalau hampir semua orang yang berkecimpung di dunia persahaman, tahu akan indikator ini.

Tahukah anda mengenai pendapat atau sikap saya mengenai Moving Average?  Jawaban saya selalu jelas dan tegas:

SAYA TIDAK MAU MENGGUNAKAN MOVING AVERAGE!!!!

Banyak sih alasannya.  Beberapa alasan awal, sebenarnya alasan yang textbook.  Alasan yang anda temui pada buku-buku teknikal dasar, sekelas Murphy atau Pring, seperti:

  • Signal beli atau signal jual yang muncul cenderung terlambat.   Yang tergolong satu ‘genre’ (aliran) dengan alasan ini adalah: harga sering kali sudah bergerak terlalu jauh dari level terendah (bottom), atau Harga sering kali sudah beberapa hari bergerak dari bottom sebelum signal mulai muncul.
  • Ketika trend sedang berlangsung mendatar, indikator moving average ini sering kali bergerak whipsaw.  Whipsaw ini suatu kondisi dimana moving average bergerak mendatar dan harga bergerak melintasi moving average dan memberikan signal beli atau signal jual berulang-ulang (lihat gambar dari http://www.theincrediblecharts.com dibawah ini) sehingga signal beli dan signal jualnya memberikan hasil yang merugikan.

  • Sulit menentukan periode dari moving average yang benar.  Mau jangka pendek (MA 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, atau 10), jangka menengah (15, 20, 35,36,37,38, 39 dst sampai 50), atau jangka panjang (MA 100, 200, 250, 500, 3000).
  • Sulit menentukan metode mana yang mau digunakan (Simple, Exponential, weighted, triangular, dst, dll).
  • Sudah sulit menentukan, sulit menghitung, terus kena pasal: No average is foolproof (terjemahan saya: nggak ada periode moving average yang selalu benar).

Nah.. terus… karena orang sadar akan semua kesulitan tersebut, orang kemudian menggunakan lebih dari satu moving average.  Yang agak pintar sedikit, lari ke MACD atau MACD Histogram yang hasilnya agak lebih bagusan.  Tapi yang tidak termasuk golongan pertama tadi (dengan konotasi negatif), macet atau stuck dengan dual atau tripple MA.  Ini karena orang bilang.. signalnya lebih meyakinkan, lebih kuat, lebih terkonfirmasi.  Tapi.. ujungnya sih.. tetap sama saja: kelemahan-kelemahan diatas, tetap saja muncul.  Artinya: hasilnya tetap saja buruk, tapi dengan metode yang lebih sulit!  Yah.. biasa kan orang Indonesia, kalau dikasi yang lebih sulit, katanya pasti lebih berhasil.  Dan yang menerangkan juga terlihat lebih pintar.. Padahal… yang terjadi… hehehe…

Eh.. ini belum selesai.  Ada satu golongan lain lagi, yang lebih ‘kreatif’.  Mereka menggunakan banyak moving average, terus dikasi warna… biar menarik katanya.  Biasa… orang Indonesia itu, kan selalu terpukau dengan pencitraan, keindahan yang hanya didepan saja.   Gambar moving average yang biasa-biasa saja, bisa berubah.

Indah kan? Bagus kan? Seger kan?  Yang jelas bagi saya… menjelaskannya jelas lebih sulit.  Itu sebabnya, kursusnya sering kali lebih mahal.  Padahal, hasilnya juga kurang lebih sama gak jelasnya. Hehehe… semakin gak karuan.

Dulu… ketika saya menggunakan moving average sebagai indikator acuan, saya merasa bahwa saya menjadi memiliki beberapa sifat yang baru:

  1. Selalu terlambat (gimana gak terlambat orang indikatornya seperti itu?)
  2. Suka kejar-kejaran harga (kalau terlambat, maunya ngejaaaar terus)
  3. Buy high sell low (hehehe.. kalau market lagi flat, ini yang selalu terjadi)
  4. Peragu (mau pake MA periode berapa? MA cara apa?)
  5. Plin-plan (MA yang ini, signalnya beli, yang itu signalnya jual)
  6. Tukang ngeles (Kalau pake MA yang biasa saya pake signalnya beli, saya bilang beli ternyata harga hanya naik sebentar terus turun lagi, berarti saya tinggal pindah/ngeles dengan menggunakan MA yang lebih panjang)
  7. Maunya bener sendiri (gimana nggak selalu benar.. kan selalu ada MA yang benar dan bisa digunakan untuk menjelaskan arah harga?)

Hasil nyata dari strategi beli dan strategi jual yang terlihat pada klien saya (ketika itu saya belum trading sendiri), adalah sebagai berikut:

Hehehe…

So… Indikator moving average itu, dipake sendiri oleh analisnya saja, sudah membuat analis tersebut… setidaknya saya… menjadi bingung, presisi prediksi rendah, tapi ditambah 7 sifat negatif itu tadi.  Nah… sekarang… anda kemudian, karena merasa bahwa anda masih belum ahli dalam hal memprediksi harga, anda kemudian ikut-ikutan dengan orang-orang yang seperti itu.

Hehehe….

Mari kita ulangi lagi apa yang saya sebut tadi pertama kali:

SAYA TIDAK MAU MENGGUNAKAN MOVING AVERAGE!

No other comment ah…  Just repeat it until you broke… hehehe

Happy trading… semoga untung!!!

Satrio Utomo

PS: Baca juga tulisan lama saya mengenai bagaimana cara yang harus anda lakukan, untuk menjadi analis yang selalu benar.

Comments
4 Responses to “Mau tahu alasan mengapa saya gak mau pake Moving Average? (Revised Edition)”
  1. adi says:

    maap pak bedanya tulisan ini yg revisi sama yg original dimananya ya.. koq saya baca 2x ga ketemu..

    • Satrio Utomo says:

      oh… itu karena yang belum di revisi sempat tersafe dulu.. kalau mau tau bedanya, lihat sama yang di satrio.blog.kontan.co.id… itu masih versi asli.

  2. iman says:

    kalo cuma ma tok emang gitu boss, kan bisa di gabung ama indikator lain

  3. Trader Goblok - Rembang says:

    Super sekali penjelannya pak, kalo saya boleh menambahkan alasan saya selama ini tidak memakai MA cuma satu pak , karena saya tidak suka sesuatu yang tidak jelas arah dan proyeksinya serta berubah2, beda kalo misalnya memakai trendline, dari pertama narik juga pasti jelas arah dan proyeksinya dan yang terpenting adalah sebuah garis yg lurus lebih memperlihatkan batas2 pergerakan harga yang relatif lebih masuk akal , mudah dipahami dan menentukan cara trading (breakout, swing or ranging). Saat ini saya trading hanya mengandalkan garis Support, resistan, data historis harga(Hi Lo) dengan memperhatikan pergerakan volume, transaksi dan dinamika bid offer saat entry exit. Sekian dan terima kasih. Salam trader goblok

Leave a comment

  • Top Posts

  • Visit Website of Our Visitors